Senin, 04 Juli 2011

STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DITINJAU DARI STANDAR KOMPETENSI GURU DAN KEPALA SEKOLAH DI SMU LABORATORIUM KRISTEN SATYA WACANA DENGAN ANALISIS SWOT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Bagi setiap institusi meningkatkan mutu adalah agenda utama dan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, sebagian orang ada yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur, karena mutu dalam pandangan seseorang terkadang berbeda dengan mutu dalam pandangan orang lain. Seseorang bisa mengetahui mutu ketika mengalaminya, tetapi tetap merasa kesulitan ketika ia mencoba mendeskripsikan dan menjelaskannya. Mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga mutu jelas sekali merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dan meraih status ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras (Suyanto dan Hisyam,2003).
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu manajemen sekolah.
Untuk meningkatkan mutu, sekolah sangat membutuhkan sumber daya manusia pendidikan yang kompeten dan memiliki kompetensi tertentu yang dibutuhkan agar dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya, dalam hal ini guru dan kepala sekolah. Sekolah sangat membutuhkan guru dan kepala sekolah yang sesuai dengan standar kompetensinya(Tjiptono, dkk, 2003).
Guru dalam proses pembelajaran yang berfungsi sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal dengan mendayagunakan semua sarana pembelajaran yang tersedia serta sistem pembelajaran yang kondusif. Kemampuan profesional guru menjadi suatu keharusan yang tidak boleh diabaikan. Keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak lahirnya sistem dan praktek pendidikan yang berkualitas. Oleh karena posisi guru dalam pendidikan penting, maka diperlukan guru dengan totalitas, dedikasi, maupun loyalitas yang tinggi sebagai pendidik. Untuk mewujudkan hal tersebut guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani.
Selain guru, untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik diperlukan juga kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang bertindak sebagai manajer dalam suatu manajemen pendidikan. Kepala sekolah mempunyai posisi yang penting dalam pendidikan karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program di sekolah. Fungsi kepala selain sebagai manajer, juga sebagai pemikir dan pengembang. Tugasnya dalam kerangka ini adalah memikirkan kemajuan sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk profesional dan menguasai secara baik pekerjaannya sesuai dengan kode etik profesinya. Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan subjek yang harus melakukan transformasi kemampuannya melalui bimbingan, tuntunan, pemberdayaan, atau anjuran kepada seluruh komunitas sekolah untuk mencapai tujuan lembaga secara efektif dan efisien.
Kenyataan dilapangan menunjukkan masih banyak sekolah yang prestasi belajar siswanya rendah, guru dan siswanya kurang disiplin, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran rendah, serta lambannya tata usaha dalam melayani kebutuhan siswa. Masalah-masalah ini merupakan cerminan kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan stafnya, disamping rendahnya kemampuan kerja komunitas sekolah secara keseluruhan.
Masalah-masalah diatas ada juga yang terjadi di SMA Laboratorium Satya Wacana. Lembaga ini merupakan salah satu SMA yang mempunyai mutu yang baik dikota Salatiga, prestasi akademik maupun prestasi bidang olahraga, seni, bahasa, dan matematika memperoleh penghargaan baik untuk tingkat daerah maupun nasional. Namun akhir-akhir ini ada sedikit kemerosotan, dan tingkat kepercayaan masyarakatpun semakin berkurang yang bisa dilihat dari penerimaan siswa baru tiga tahun terakhir sebagai berikut :
Tabel 1 : Jumlah siswa baru dari tahun 2009 – 2011
2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
150 org 147 org 123 org
Sumber: hasil wawancara dan dokumentasi
Padahal jika memperhatikan jenjang pendidikan guru yang ada di SMA Laboratorium yaitu guru dengan jenjang S2 sebanyak 5 orang dan S1 sebanyak 26 orang, banyak orang akan memprediksikan kualitas guru pada SMA Laboratorium sudah bisa untuk menunjang kualitas pendidikan di sekolah ini.
Untuk membenahi masalah-masalah ini, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat rencana strategi untuk meningkatkan standar kompetensi guru dan kepala sekolah, sebelum meningkatkan standar kompetensi lainnya. Karena seperti pembahasan diatas, guru dan kepala sekolah mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Walaupun sekolah mempunyai sarana prasarana yang lengkap, namun guru tidak mampu mengelolanya, maka sarana prasarana ini tidak ada manfaatnya.
Oleh karena itu kami tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Strategi peningkatan mutu pendidikan, ditinjau dari standar kompetensi guru dan kepala sekolah di SMU Kristen Laboratorium Satya Wacana, dengan analisis SWOT”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini yaitu :
1. Apa saja yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang muncul dalam meningkatkan kompetensi guru dan kepala sekolah di SMA Laboratorium Satya Wacana.
2. Strategi apakah yang layak dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kepala sekolah di SMA Laboratorium Satya Wacana.
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang muncul dalam meningkatkan kompetensi guru dan kepala sekolah di SMA Laboratorium Satya Wacana.
2. Untuk mengetahui strategi mana yang layak untuk meningkatkan kompetensi guru dan kepala sekolah di SMA Laboratorium Satya Wacana.







BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Strategi
Menurut Triyana (1987), strategi adalah suatu tindakan penyesuaian untuk mengadakan reaksi terhadap situasi lingkungan tertentu (baru dan khas) yang dapat dianggap penting, di mana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar. Dalam suatu strategi senantiasa akan terkandung juga perencanaan strategi yang merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus.(http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=47 )
Jauch dan Glueck (1989 : 11-12) menyatakan bahwa strategi merupakan perencanaan mengikat, komprehensif dan terpadu yang menghubungkan keuntungan strategis organisasi terhadap tantangan lingkungan. Strategi didesain untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat dicapai melalui tindakan yang tepat.
Berdasarkan sejumlah pengertian strategis di atas, tampak bahwa suatu strategis dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Menurut Kotler ( 1984) “sukses atau gagalnya mencapai tujuan ditentukan oleh strategi yang dipilih.” Dengan demikian, organisasi yang mengembangkan sistem manajemen strategis memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk meraih sukses daripada yang tidak. (http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=47 )
2.2 Pengertian Mutu
Menurut Crosby (1979) mutu adalah kesesuaian, kecocokan atau memenuhi tuntutan atau persyaratan. Juran dan Gryna (1980) menyatakan, mutu adalah cocok untuk digunakan, sedangkan Sallis (1993) mengartikan mutu sebagai apa yang paling cocok untuk memuaskan dan melampaui kebutuhan dan keinginan para pelanggan.
Pada dasarnya mutu itu adalah persepsi pelanggan, apa yang dilihatnya, sehingga pengertian mutu itu tidak sama bagi semua orang. Apa yang dinilai bagus, baik dan indah bagi satu orang belum tentu sama bagi orang lain. Pendapat ini dikuatkan oleh Green (1994) dan Harvey (1995) bahwa mutu itu adalah suatu konsep yang relatif. Begitu pula pendapat Shields (1999) yang menjelaskan mutu mempunyai berbagai arti sesuai persepsi pelanggan.
2.3 Standar Kompetensi Guru
Defenisi guru menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Standar kompetensi guru meliputi 4 komponen yaitu :
1. Komponen kompetensi pedagogik
2. Komponen kompetensi kepribadian
3. Komponen kompetensi sosial
4. Komponen kompetensi pengembangan profesi
Selain keempat komponen kompetensi tersebut, guru sebagai pribadi yang utuh harus juga memiliki sikap dan kepribadian yang positip dimana sikap dan kepribadian tersebut senantiasa melingkupi dan melekat pada setiap komponen kompetensi yang menunjang profesi guru.
2.4 Standar Kompetensi Kepala Sekolah
Standar kompetensi kepala sekolah diatur melalui Permendiknas No. 13 tahun 2007 yang menyatakan bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi.
Untuk standar kualifikasi dibagi atas dua yaitu :
1. Kualifikasi umum yaitu : kualifikasi akademik (S1), usia maksimal 56 tahun, pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun, dan pangkat serendah-rendahnya III/C atau yang setara.
2. Kualifikasi khusus yaitu : berstatus guru, bersertifikat pendidik, dan memiliki sertifikat kepala sekolah.
Lima standar kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu :
1. Kompetensi kepribadian meliputi :
a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas disekolah.
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin
c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah
d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan
2. Kompetensi manajerial meliputi :
(1) Membuat perencanaan (2) Mengorganisasi sumber daya, (3) Melaksanakan kegiatan (4) Pengendalian dan evaluasi.

3. Kompetensi kewirausahaan meliputi :
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pebelajar yang efektif
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.
4. Kompetensi supervisi meliputi :
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru
5. Kompetensi sosial meliputi :
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
c. Memiliki kepekaan soosial terhadap orang atau kelompok lain
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif meliputi :
(1) Menerapkan kepemimpinan sekolah efektif; (2) Melaksanakan kepemimpinan instruksional; (3) Memelihara iklim belajar yang berpusat pada siswa; (4) Mengembangkan profesionalitas dan mengelola SDM; (5) Melibatkan orang tua dan menjalin kemitraan dengan masyarakat; (6) Melaksanakan hubungan interpersonal secara efektif






BAB III
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti dikomparasikan dengan teori yang ada.
4.2 Sumber Data
Untuk memperolah informasi, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber data yaitu :
1. Sumber kepustakaan yaitu mencari data teoritis dengan cara membaca, mempelajari literatur-literatur yang ada kaitannya dengan penelitian. (pada tanggal 6-7 Juni 2011)
2. Sumber lapangan yaitu turun langsung ke SMA Laboratorium untk mewawancarai guru dan kepala sekolah guna melengkapi data yang sudah ada pada sumber kepustakaan. (dilakukan pada tanggal 17 dan 20 juni 2011)
3. Sumber dokumentasi yaitu meliputi profil sekolah, visi dan misi, juga hal-hal lain yang berkaitan dengan aktivitas guru dan kepala sekolah selama ini. (6-7 Juni 2011)
4.3 Teknik Analisis Data
Analisis digunakan dengan dua cara yaitu :
1. Tahapan analisis hasil wawancara dan studi dokumentasi
Mengelompokkan secara khusus data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi, kemudian untuk menentukan bobot dan skor untuk item-item pada analisis SWOT dilakukan dengan FGD.
2. Tahapan analisis SWOT
Proses penggunaan manajemen analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) menghendaki adanya suatu survei internal tentang Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) program, serta survei eksternal atas Opportunities (ancaman) dan Threats (peluang).
Teknik analisis matriks SWOT berpatokan kepada matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) yang merupakan hasil dari audit lingkungan internal, berupa dafttar kekuatan dan kelemahan tentang seberapa efektif performa institusi dan matriks EFAS (External Factors Analysis Summary) yang merupakan hasil dari audit lingkungan eksternal, berupa daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan daftar ancaman yang harus dihindari (Wulanningrum, dkk, 2006)

.Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman, dan membangun peluang. (Sallis, 2010 ; 222).
a. Strength (kekuatan)
Kekuatan yang dimaksudkan disini adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan.
b. Weakness (kelemahan)
Kelemahan yang dimaksudkan yaitu komponen-komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin dicapai sekolah.
c. Opportunity (peluang)
Peluang adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi apabila potensi-potensi disekolah mampu dikembangkan atau dioptimalkan oleh sekolah.
d. Threats (ancaman)
Ancaman adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi atau berpengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah.
Hasil analisa SWOT digunakan untuk mengembangkan strategi jangka panjang institusi untuk mampu mempertahankan diri dalam menghadapi kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan
Langkah-langkah dalam analisis SWOT :
1. Identifikasi berbagai factor internal
a. Kekuatan
b. Kelemahan
2. Identifikasi berbagai factor eksternal
a. Peluang
b. Ancaman
3. Beri skor pada masing-masing item (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
4. Beri bobot pada masing-masing item (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
5. Total skor kali bobot untuk masing-masing item
6. Rumuskan berbagai strategi berdasarkan total skor (IFAS dan EFAS)



BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.1 Semboyan
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (Amsal 1 : 7a)
4.1.2 Profil Sekolah
SMA Laboratorium Satya Wacana didirikan pada tahun 1986 oleh bapak Willy Toisuta, PHd yang pada saat itu sebagai rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Beliau mengangkat S. Subanu, M.A sebagai kepala sekolah yang pertama.
FKIP-UKSW sebagai pengelola sekolah Laboratorium (KB-TK-SD-SMP-SMA) menunjuk Drs. Soewadji Lazarut sebagai Ketua Unit Pengelola Sekolah Laboratorium (Ka UPSL) untuk yang pertama kali.
Pada tahun 2003-2004 SMA Lab mendapat Akreditasi A dan status ini dapat dipertahankan sampai sekarang.
SMA Lab telah mengalami beberapa kali pergantian pimpinan :
Tahun 1986 – 1989 : S. Subanu, M.A (alm)
Tahun 1989 – 1995 : F Pangemanan (alm)
Tahun 1995 – 2002 : Dra Sulistyowati, MSc
Tahun 2002 – 2006 : Mawardi, SPd, MPd
Tahun 2006 – 2010 : Suwidya Yakub, SPd
Tahun 2010 – sekarang : Jumadi, SPd, MSi
4.1.3 Visi dan Misi SMA Laboratorium Satya Wacana
VISI :
SMA Laboratorium Satya Wacana merupakan sekolah visioner. Sekolah yang tanggap terhadap perubahan paradigma pendidikan dan mazhab pendidikan, sehingga secara terus menerus perlu meningkatkan diri agar dapat menjadi alat kesaksian dan pelayanan yang berkualitas
MISI :
1. Tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan
2. Bersaksi dan berinovasi dalam bidang pendidikan
3. Meningkatkan jejaring baik antar sekolah maupun universitas

4.1.4 Tujuan Sekolah Laboratorium
1. Membantu peserta didik dalam bidang pendidikan agar tiap-tiap peserta didik dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi masing-masing serta tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi terutama perubahan dalam bidang pendidikan..
2. Melaksanakan kesaksian dan inovasi dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam bidang pendidikan.
3. Menjalin kerja sama antar suprastruktural baik yang ada di lingkungan Sekolah Laboratorium (KB, TK, SD, SMP) maupun antar unit di lingkungan YPTKSW.
4. Meningkatkan kualitas kesaksian dan pelayanan kepada peserta didik, orang tua siswa, gereja, bangsa dan masyarakat serta antar tenaga civitas akademika di lingkungan SMA Kristen Satya Wacana.
4.1.5 Nilai Yang Mendasari
LOVE
Listen : mendengarkan
Obey : mentaati
Virtues : tindakan yang luhur
Emotional control : mengontrol emosi
4.2. Kekuatan dan Kelemahan, Peluang dan Ancaman di SMA Laboratorium Satya Wacana berdasarkan Hasil Analisis SWOT
4.2.1 Komponen Standar Kompetensi Guru
Untuk standar kompetensi guru, kekuatan terletak pada kualifikasi ijasah guru yang rata-rata S1; kesesuaian kualifikasi ijasah guru dengan mata pelajaran yang diampu; fasilitas pengembangan profesi guru sudah cukup tersedia dan adanya kerjasama dan dukungan dari yayasan dan orang tua siswa. Sedangkan kelemahannya terletak pada rendahnya minat guru untuk menggunakan media dalam pembelajaran; kurangnya kompetensi pengembangan profesi guru; kurangnya kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran; kurangnya penggunaan sumber belajar yang sesuai.
Adapun peluang yang bisa diperoleh yaitu dengan fasilitas sekolah yang sudah memadai memungkinkan guru untuk mengembangkan diri dengan baik; sekolah memberikan keleluasaan kepada guru untuk mengikuti pelatihan, seminar, dll; dengan kesesuaian kualifikasi ijasah guru dan ketepatan mata pelajaran yang diampu bisa menunjang peningkatan mutu pendidikan siswa. Sedangkan ancaman yang bisa terjadi yaitu pihak diluar yayasan memberikan kompensasi yang lebih baik; kurangnya perhatian pemerintah terhadap guru-guru sekolah swasta; keinginan untuk mengikuti tes PNS.
4.2.2 Komponen Standar Kepemimpinan Kepala Sekolah
Untuk standar kompetensi kepala sekolah, kekuatannya terletak pada kualifikasi pendidikan kepala sekolah dengan ijasah S2; memiliki kompetensi sosial dan kepribadian yang baik; memiliki motivasi yang kuat dan bersikap inovatif, mempunyai program-program kerja yang jelas; memberikan reward kepada guru yang berprestasi. Sedangkan kelemahannya kepala sekolah masih mempunyai beban mengajar; kepala sekolah kurang mengenal minat dan kemampuan guru dengan baik; dan kurang tegasnya kepala sekolah dalam memberikan sanksi kepada guru.
Adapun peluang yang bisa diperoleh yaitu karena mempunyai program kerja yang jelas kepala sekolah bisa memanajemen sekolah dengan baik; dengan kompetensi sosial dan pribadi yang baik, dapat membangun kerja sama dan memperoleh dukungan dari pihak yayasan dan orang tua siswa; dengan adanya reward memotivasi guru untuk berprestasi. Sedangkan ancaman yang bisa terjadi yaitu kurangnya supervisi menghambat profesionalisme guru; belum mempunyai pengalaman dalam kepemimpinan; karena belum mengenal minat dan kemampuan guru dengan baik maka pembebanan tugas kepada guru bisa tidak tepat pada sasaran.
4.3. Srategi peningkatan Kualitas Guru dan Kepala Sekolah SMA Laboratorium
Setelah dilakukan analisis SWOT maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan rencana strategis apa yang bisa menjawab hasil dari analisis tersebut. Apakah hasilnya ada pada kuadran ST, WO, SO, atau WT. Dari kuadran ini kita bisa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pada lingkungan internal dan mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam lingkungan eksternal dari sekolah. Sebenarnya dalam sebuah manajemen strategi, setelah ada rencana strategi, rencana itu kemudian diimplementasikan hingga pada akhirnya dilakukan evaluasi hasil yang diperoleh. Namun penelitian ini hanya dilakukan sampai perencanaan strategi.
4.3.1 Strategi peningkatan kualitas standar kompetensi guru
Dari hasil analisis SWOT untuk standar kompetensi guru diperoleh hasil bahwa skor kekuatan dikurangi skor kelemahan adalah 0,6, sedangkan skor peluang dikurangi ancaman adalah – 0,3. Data ini menghasilkan strategi di kuadran S – T (Strenghts – Threats), yaitu strategi mobilization dimana kekuatan yang ada dimaksimalkan untuk mereduksi ancaman yang ada. Strategi yang digunakan yaitu : memperhatikan gaji dan fasilitas untuk guru; mengikutsertakan guru dalam pelatihan dan seminar yang diadakan oleh pemerintah; dan mengadakan training ICT dan pengembangan profesi guru.
4.3.2 Standar peningkatan kualitas kompetensi kepala sekolah
Dari hasil analisis SWOT untuk standar kompetensi kepala sekolah diperoleh hasil bahwa skor kekuatan dikurangi skor kelemahan adalah – 0,4, sedangkan skor peluang dikurangi ancaman adalah 1. Data ini menghasilkan strategi di kuadran W – O (weakness – opportunity), yaitu strategi investmen/divesment, dimana meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang digunakan yaitu : meningkatkan komunikasi yang baik dengan staff juga pihak yayasan dan orang tua; melakukan supervisi secara berkala; mengurangi jam mengajar untuk memanajemen program yang ada dengan baik; mengikuti training kepemimpinan kepala sekolah; mengimbangi pemberian reward dengan punishment kepada staff.



















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah guru masih mempunyai kelemahan-kelemahan dalam pengelolaan pembelajaran dan pengembangan profesi namun jika guru mau memanfaatkan peluang yang ada maka kelemahan itu bisa diatasi atau paling kurang bisa diminimalisir.
Kompetensi guru ada pada kuadran ST maka dia bisa memaksimalkan kekuatan yang ada untuk mereduksi ancaman.
Sedangkan untuk kompetensi kepala sekolah, ada pada kuadran WO berarti kepala sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahannya, karena dia cukup memiliki kekuatan untuk mereduksi ancaman-ancaman yang ada.
5.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan kepada SMA Laboratorium Satya Wacana dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah yaitu :
1. Kepala sekolah sebisa mungkin meningkatkan kompetensi yang dimiliki dengan jalan mengikuti training kepemimpinan sehingga bisa memberikan kepuasan terhadap pelanggan baik secara internal maupun eksternal..
2. Sekolah memberikan perhatian dan kesempatan kepada guru untuk mengikuti training-training yang bermanfaat untuk mengembangkan kompetensi, kinerja maupun kesejahteraan guru.
3. Menciptakan kerja sama yang baik antara sekolah dan pihak yayasan, komite sekolah dan orang tua siswa sehingga adanya rasa tanggung jawab bersama untuk meningkatkan kualitas sekolah.






Daftar Pustaka
Edward Sallis, 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD
Salis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. Kogan Page.London
Tjiptono, Fandy, & Diana, Anastasia, 2003, Total Quality Manajemen, yogyakarta, Andi
Natalia,K. & Lie,Y. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas di SMA Nusaputra Semarang dengan Pendekatan SWOT Analisis. PPs. MP UKSW
UUD RI. No.14. Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Slamet, Margono.1994.Manajemen Mutu Terpadu dan perguruan Tingg Bermutu. Proyek HEDS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soedarmo, Harjo, 1997, Dasar-dasar Total Quality Management, Yogyakarta, Andi
Wulanningrum, 2006. Studi Alternatif Peningkatan Kualitas Manajemen Pendidikan Melalui Pendekatan TQM di SD Kristen Tri Tunggal Semarang, Jurnal Kependidikan PPs.MP UKISW, Vol.7,No.1
http://sekolah.8k.com/blank.html yang diakses pada tgl 10 Mei 2010.
http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=47 yg diakses pada tgl 11 Mei 2011(EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya)
http://www.kadnet.org/web/index.php?option=com_content&view=article&id=2210:manajemen-mutu-terpadu-dalam-pendidikan-suatu-tantangan&catid=42:artikel-minggu-ini&Itemid=90 :diakses pada tanggal 11 Mei 2011, Artikel: MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM PENDIDIKAN: SUATU TANTANGAN












LAMPIRAN-LAMPIRAN

Tabel 3 : Analisis SWOT untuk standar kompetensi guru
NO. Elemen SWOT Bobot Skor Total skor
KEKUATAN
1. Kualifikasi ijasah guru rata-rata S1 0,3 4 1,2
2. Kesesuaian kualifikasi ijasah guru sesuai dengan mata pelajaran yang diampu 0,3 4 1,2
3. Fasilitas pengembangan profesi untuk guru sudah cukup tersedia 0,2 3 0,6
4. Kerjasama dan dukungan dari yayasan dan orang tua siswa 0,2 3 0,6
TOTAL SKOR 1 3,6
KELEMAHAN
1. Rendahnya minat guru untuk menggunakan media dalam pembelajaran 0,3 4 1,2
2. Kurangnya minat guru untuk menulis karya ilmiah 0,2 3 0,6
3. Kurangnya kemampuan guru dalam merancang prosedur pembelajaran 0,2 3 0,6
4. Kurangnya penggunaan sumber belajar yang sesuai 0,3 3 0,6
TOTAL SKOR 1 3
TOTAL SKOR AKHIR (KEKUATAN– KELEMAHAN) 0,6











NO. Elemen SWOT Bobot Skor Total Skor
PELUANG
1. Dengan fasilitas sekolah yang sudah memadai memungkinkan guru untuk mengembangkan diri dengan baik; 0,35 4 1,4
2. Sekolah memberikan keleluasaan kepada guru untuk mengikuti pelatihan, seminar, dll; 0,3 3 0.9
3. Dengan kesesuaian kualifikasi ijasah guru dan ketepatan mata pelajaran yang diampu bisa menunjang peningkatan mutu pendidikan siswa. 0,35 4 1.4
TOTAL SKOR 1 3,7
ANCAMAN
1. Pihak diluar yayasan memberikan kompensasi yang lebih baik; 0,35 4 1,4
2. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap guru-guru sekolah swasta; 0,35 4 1,4
3. Keinginan untuk mengikuti tes PNS. 0,3 4 1,2
TOTAL SKOR 1 4
TOTAL SKOR AKHIR (PELUANG – ANCAMAN) - 0,3

IFAS EFAS
KATEGORI SUB TOTAL KATEGORI SUB TOTAL
KEKUATAN (S) 3,6 PELUANG (O) 3,7
KELEMAHAN (W) 3 ANCAMAN (T) 4
TOTAL (S – W) 0,6 TOTAL (O – T) -0,3






















Tabel 4 : analisis SWOT untuk standar kompetensi kepala sekolah
NO. Elemen SWOT Bobot Skor Total skor
KEKUATAN
1. Kualifikasi pendidikan kepala sekolah dengan ijasah S2 0,3 4 1,2
2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin yang baik 0,3 4 1,2
3. Mempunyai program-program kerja yang jelas 0,1 3 0,3
4. Memiliki motivasi yang kuat serta bersikap inovatif 0,2 3 0,6
5. Memberikan reward kepada guru yang berprestasi 0,1 3 0,3
TOTAL SKOR 1 3,6
KELEMAHAN
1. Kepala sekolah tidak menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervise akademik terhadap guru. 0,3 4 1,2
2. Kepala sekolah masih mempunyai beban mengajar 0,2 4 0,8
3. Kepala sekolah kurang mengenal minat dan kemampuan guru dengan baik 0,3 4 1,2
4. Kurang tegasnya kepala sekolah dalam memberikan sanksi kepada guru. 0,2 4 0,8
TOTAL SKOR 1 4
TOTAL SKOR AKHIR (KEKUATAN – KELEMAHAN) -0,4















NO. Elemen SWOT Bobot Skor Total skor
PELUANG
1. Karena mempunyai program kerja yang jelas kepala sekolah bisa memanajemen sekolah dengan baik 0,35 4 1,4
2. Dengan integritas kepribadian yang baik, dapat membangun kerja sama dan memperoleh dukungan dari pihak yayasan dan orang tua siswa 0,35 4 1,4
3. Dengan adanya reward memotivasi guru untuk berprestasi. 0,3 4 1,2
TOTAL SKOR 1 4
ANCAMAN
1. Kurangnya teknik supervisi yang tepat menghambat profesionalisme guru 0,35 3 1,05
2. Belum mempunyai pengalaman dalam kepemimpinan 0,3 3 0,9
3. Karena belum mengenal minat dan kemampuan guru dengan baik maka pembebanan tugas kepada guru bisa tidak tepat pada sasaran. 0,35 3 1,05
TOTAL SKOR 1 3
TOTAL SKOR AKHIR (KEKUATAN – KELEMAHAN) 1

IFAS EFAS
KATEGORI SUB TOTAL KATEGORI SUB TOTAL
KEKUATAN (S) 3,6 PELUANG (O) 4
KELEMAHAN (W) 4 ANCAMAN (T) 3
TOTAL (S – W) -0,4 TOTAL (O – T) 1

Bp. Drs. Hiskia Ahmad, Guru besar Kimia dasar ITB Bandung

Bp. Drs. Hiskia Ahmad, Guru besar Kimia dasar ITB Bandung